Rabu, 19 Agustus 2009

Terapi Janin – Terapi Doa Untuk Meningkatkan Kecerdasan Anak

Jangan Gugurkan Janin Anda.. Kecuali ingin anak anda menjadi Idiot.

Belakangan ini makin marak saja kasus pengguguran kandungan baik yang ter-ekspose oleh media cetak / media elektronik, maupun yang tidak pernah ter-ekspose sama sekali. Padahal pengguguran kandungan adalah perbuatan illegal dan dikutuk oleh Allah.

Bila dicermati, upaya pengguguran kandungan banyak sekali dilakukan oleh pasangan lelaki dan perempuan yang tidak bertanggung jawab, karena kehamilan mereka terjadi diluar nikah alias akibat perzinahan. Sebagian dikarenakan janin yang cacat dalam kandungan, sebagian lagi pengguguran kandungan akibat perkosaan. Diantara sebagian alasan pengguguran kandungan dengan alasan kuatir malu dan ketahuan kalau hamil diluar nikah, tidak sedikit pula yang membiarkan janin membesar sampai lahir 9 bulan, untuk kemudian segera dibunuh saat itu juga. Dengan cara dibekap, dibuang, dimutilasi, atau dibiarkan tanpa makanan berhari2. Sungguh perbuatan biadab yang hanya mungkin dilakukan oleh hamba syaithon, dan bukan Hamba Allah.

Pengguguran kandungan yang diupayakan sejak awal masa kandungan dan terus dilakukan namun tidak berhasil luruh juga janinnya. Dapat mengakibatkan Janin menjadi cacat secara fisik, atau bila fisiknya utuh, biasanya bayi yang terlahir akibat gagal digugurkan, otaknya tidak akan sempurna alias idiot / cacat mental.

Hal ini pernah pula aku alami pada waktu istriku mengandung anak kedua. Merasa belum siap punya momongan lagi, istriku langsung minta janin yang baru berusia 1 bulan tsb untuk digugurkan sesegera mungkin. Dan akupun meng-iya-kan niat istriku karena alasan tertentu.

Berbagai macam cara dan obat kami coba, dari mulai yang paling ringan sampai yang kami anggap cukup kuat. Namun janin calon bayi kami tidak juga berhasil luruh sesuai scenario kami. Bahkan lama-lama kami kuatir bayi kami kelak akan terlahir cacat. Setelah kesadaran itu datang, kami telah sukses meracuni janin bayi kami selama 2 bulan. Selanjutnya, kami berbalik arah mengupayakan keselamatan janin bayi kami dengan memberikan banyak asupan bergizi buat pertumbuhan janin bayi kami ini.

Hasilnya diluar dugaan… setelah masuk masa kehamilan bulan ke-5 dan ke-6, istri saya sudah sulit bergerak karena kandungannya terlalu besar, bayi kami nampaknya nyaris tiada gerakan sama sekali. Padahal kami sudah menghentikan upaya pengguguran kandungan sejak bulan ke-3.

Sebuah kebetulan menghampiri kami, kami punya tetangga baru orang madura yang berprofesi sebagai dukun beranak dikampungnya, juga biasa memijat bayi / ibu hamil.

Iseng-iseng kami coba meminta bantuan beliau.Setelah sebentar di urut perlahan dan dipandangi perut istriku. Mendadak beliau berkomentar yang aneh..

Waaaah, neng. Ini bayi dikasih makan apa..? baru usia segini kok udah jadi banget bayinya? Tangannya udah montok dan jarinya gendut-gendut bener seperti pisang. Ini bayinya terlalu besar Neng, jadi sulit bergerak jadinya. Kami Cuma bisa berpandangan saja, sejurus kemudian kami coba bertanya lagi. Bayinya cacat apa tidak mbah…?
Sehat dan Gemuk kok, ngga ada yg cacat sama sekali. Alhamdulillah.. semoga sehat lahir bathin.


Terapi Janin
Setelah itu,kami berdua sepakat untuk mengikuti metode terapi janin yang dilakukan oleh KH.Ir.Noegroho Moempoeni,MBA. Terapi ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan nantinya, bisa cukup sehat dan sempurna baik fisiknya, maupun kemampuan berfikirnya. Namun untuk kasus yang kami alami ini terapi yang kami jalani adalah untuk mengecilkan janin bayi kami agar nantinya bisa terlahir normal tanpa harus di bedah sesar. Juga untuk memperbaiki kemungkinan cacat pada otaknya, supaya nantinya anakku yang akan lahir ini tidak harus menjadi murid SLB / sekolah luar biasa.

Seminggu sekali kami rutin mengikuti terapi janin ini sampai akhirnya anak kedua kami lahir dengan fisik yang sempurna. Alhamdulillah, ternyata anak kami sehat lahir bathin. Dan untuk itu kami sudah boleh bernafas lega. Kekuatiran kami akan mendapat anak yang cacat fisik dan cacat mental sudah tidak terbukti.


Telmi – telat mikir
Kegembiraan kami mendapat momongan baru yang lucu dan montog, ternyata tidak berlangsung lama. Anak kami (kami beri nama Lutfi / Pupi) terlalu pendiam dan sering Nampak telmi / telat mikir. Awalnya kami kira sebagai sesuatu yang lumrah. Namanya juga anak kecil, nanti juga timbul sendiri keberaniannya untuk berkawan dan berkomunikasi dengan teman2 sebayanya. Pupi kecil sangat manut dan tidak banyak ulah, bahkan sering nampak terlalu lembek sebagai laki-laki. Sampai usia 2 tahun, kami mulai berfikir ada yang kurang dalam dirinya. Daya tangkapnya cukup bagus, tapi reaksinya agak lambat. Lebih suka bermalas-malasan sambil memeluk guling kecilnya daripada bermain.

Akhirnya Pupi kecil kami bawa untuk mengikuti terapi kecerdasan ditempat praktek Pak Nug.
Disitulah kami baru tahu kalau ternyata Pupi mengalami masalah pada otaknya akibat dulunya berkali-kali kami racuni untuk digugurkan.

Selanjutnya, Pupi kami ikutkan terapi doa untuk memperbaiki tingkat IQ-EQ dan SQ-nya. Secara rutin setiap seminggu sekali kami terapi. Alhamdulillah setelah 3 bulan berlalu. Pupi sudah ‘lebih hidup’ selayaknya anak balita seusianya. Sudah bisa menjawab pertanyaan dengan jelas dan tangkas, ceriwis dan menggemaskan. Yang jelas, tidak lagi Telmi seperti sebelumnya.

Pupi kecil kami yang dulu selalu diam dan tidak suka banyak kegiatan fisik, sekarang sudah kelas 4 SD. Sejak setahun lalu sudah ribut minta di kursuskan sepak bola, juga cappuera..seni beladiri dari Brazil, dan saat ini sudah ribut lagi minta dikursuskan Matematika dan Bhs.Inggris.

Benar-benar terharu kami dibuatnya. Andainya dulu kami benar-benar nekat menggugurkannya secara paksa lewat metode kuret (setelah gagal berkali-kali), mungkin kami tidak akan bisa melihat Pupi kami tumbuh menjadi bocah yang lucu dan kelak akan jadi tumpuan harapan kami. Entah dosa sebesar apa yang akan Tuhan berikan pada kami berdua.

Jangan sekali-sekali anda gugurkan janin anda tanpa alasan medis yang kuat. Karena diluar sana masih amat banyak pasangan suami istri yang terus berupaya dengan berbagai cara untuk mendapatkan anak dari rahimnya sendiri. Bersyukurlah istri anda masih bisa mengandung dan jadi wanita sejati sesuai kodratnya..

Terima Kasih Ya Allah, Kau telah selamatkan janin anakku dari cacat fisik dan cacat mental, lewat Terapi Janin dan Terapi Doa untuk meningkatkan Kecerdasan, yang dilakukan oleh Pak Nug.


dikisahkan oleh CST
Jakarta Selatan

Selasa, 18 Agustus 2009

Saat Malaikat Maut siap menjemput Anakku.

Cerita pilu anak pertamaku, terjadi sekitar 7 thn lalu. Mulanya andra hanya sakit panas biasa. Berhubung anak pertamaku ini kondisi fisiknya termasuk yangg paling sehat dan paling bandel dibanding kedua adiknya, aku dan istri juga biasa2 saja. Cuma beli obat panas dari warung seperti biasanya. satu merek tidak sembuh ganti obat merek lain sampai 3x ganti sampai seminggu penuh panasnya tidak kunjung sembuh. Akhirnya andr akami bawa ke puskesmas terdekat, tidak sembuh juga. Baru setelah itu kami mencoba ke Rumah Sakit Besar di bilangan Permata Hijau yang cukup bagus menurut kami.


Pada saat itu kondisi badan andra sudah mulai kurus karena tidak mau makan, makan apa saja lambungnya selalu sakit. Kami pilih dokter spesialis anak yang sudah cukup senior. Setelah bertemu dokter kami bertanya mengenai sakitnya andra. Tubuhnya memerah seperti biduran / alergi makanan, Nampak juga seperti anak yang tengah kena sakit tampek / campak.


Oleh dokter andra diberi obat setelah menanyakan riwayat penyakitnya, mulai kapan…sudah diberi obat apa saja sebelumnya, dll. Obat yang harus kami tebus tidaklah terlalu murah untuk ukuran kami saat itu, Dokter hanya berpesan, kalau dalam 1 minggu tidak sembuh harus segera kembali untuk pengecekan lebih lanjut (mungkin prosedurnya spt itu, anak diberi obat dosis rendah lebih dahulu sebelum diberi obat dgn dosis yg lebih tinggi).


1 minggu berlalu, andra makin kurus dan makin habis rambutnya. Kami bimbang, apakah andra mesti kami bawa kembali ke Dokter RS tersebut, atau kami pindah cari dokter lain yang lebih manjur resepnya..? kami coba untuk memberikan obat lain yang bukan obat kimia, mudah2an ada hasilnya.


Setelah 10 hari, andra sudah tidak nampak selayaknya andra yang dulu. Tubuhnya sangat kurus dengan tulang menonjol disana sini, rambut berantakan karena hamper sebulan tidak mandi, nafasnya mulai bau karena asam lambung dan tidak pernah gosok gigi.

Ditengah kebingungan ini, kami bimbang kembali. Apakah kami harus kembali ke RS lagi..? terbayang biaya pengobatan yang kemarin, andainya kali ini diberikan obat lain dengan dosis 2x lipat dan bertahap. Kira2 berapa juta rupiah dana yang mesti kami keluarkan untuk kesembuhan Deandra…?


Masuk hari ke 12, Andra mulai mengigau. Andra minta digantikan baju yang baru. Minta disisir yang rapi rambutnya. Diberi bedak wajahnya agar Nampak sehat dan cantik. Sementara itu para tetangga sudah ikut bertangisan melihat kondisi andra dan ‘permintaan aneh’ nya ini.

Kami semua sudah mengira bahwa andra pasti ‘lewat’ , tanpa kami ketahui secara pasti apa penyakitnya. Bahkan dokter senior yang kami datangi pun belum mampu memberikan kejelasan tentang sakitnya andra.


Para tetangga kami pun ikutan bernazar didepan andra. Ada yg menazarkan akan melakukan puasa seminggu penuh kalau andra sembuh, ada yg bernazar akan membelikan andra pakaian baru kalau andra sembuh, ada pula yang menjanjikan akan mengajak andra jalan-jalankalau andra sembuh. semua tetangga kami sudah yakin bahwa tak lama lagi .. mungkin andra harus dijemput mlaikat maut akibat kondisi tubuhnya yang terus memburuk.


Diantara kebimbangan disertai kesedihan yang mendalam, kami memutuskan untuk kembali ke RS langganan kami di Permata Hijau. Apapun yang terjadi,kami harus yakin.. sebenernya sakit apa yang diderita oleh andra. Sesampainya dirumah sakit, kami terpaksa antri, sementara andra sudah sangat lemah. Beruntung banyak pasien yang melihat dan langsung bertindak meminta suster untuk mendahulukan kami.. Thanks God.. semoga para pasien tsb diberikan pahala yang belipat oleh allah SWT.


Setelah kami masuk ruang Dokter. Kami berdua menceritakan keadaan andra sejak pertama ditangani oleh beliau. Dan Nampak oleh kami, dokter spesialis anak yang menangani andra sangat kaget sekaligus memarahi kami, karena kami datang sangat terlambat. Harusnya kami datang seminggu lalu setelah obat habis atau bila tiada reaksi terhadap resep yang diberikan.


Dalam hati kami hanya bisa menggumam, kami juga maunya begitu Dok. Tapi kalau sampai sekian juta rupiah harus dikerluarkan hanya untuk sakit panas yang tak jelas.. kami juga belum tentu mampu.


Kali ini Dokter kami tidak ingin kecolongan lagi,beliau memberi resep hanya utk 3 hari. Dan kalau dalam tempo 3 hari tidak ada perubahan, maka andra harus dirawat total sampai dinyatakan sembuh dan ditemukan apa penyakitnya. Kami hany abisa mengiyakan sambil berpandangan.. kembali berhitung biaya yang harus kami keluarkan untuk perawatan intensif di RS ini.

Kami pulang dengan hati galau. Tetap dengan kondisi yang tidak tahu sama sekali andra sakit apa. Apakah demam berdarah, tampek, alergi, sariawan usus, atau sakit lainnya.


Sampai dirumah, para tetangga menyebar membantu mencarikan info dokter lain dan pengobatan alternative untuk penyembuhan andra. Saat itu kami teringat pada kerabat ayah, Bapak Kyai H.Ir.Noegroho Moempoeni,MBA. Yang sudah mulai praktek pengobatan alternative di daerah KODAU – pondok gede. kami mesti segera mencari cara untuk dapat membawa andra ke pondok gede.



Namun kami kembali dihadang masalah. Tubuh andra sdh semakin habis dan tidak mampu lagi untuk bangun dari tempat tidur. Bagaimana mungkin kami harus membawanya dari perbatasan tangerang menuju Kodau bekasi.. ? akhirnya kami yakinkan hati. Kami hanya akan berobat pada Dokter. Apapun hasilnya. Apapun akibatnya.. meskipun kami yakin (begitu juga dengan semua tetangga kami), bahwa usia andra.. tidak akan bertahan lebih dari 1 minggu lagi. Rambutnya sudah semakin botak dan rontok, tiada makanan yang dapat masuk ke perutnya meskipun sudah berbentuk bubur halus.

Mukzizat itu Datang

Diujung kepasrahan kami, mendadak saja Kyai H.Ir.Nugroho menghubungi orang tua saya. Kebetulan yang ditunggu-tunggu. Tanpa basa basi ibu saya menceritakan kondisi andra pada beliau. Dan akhirnya beliaulah yang datang ketempat kami untuk memberikan pengobatan altenatif lewat terapi pijat pangkal jari.


Sebelum pengobatan khusus dan intensif untuk andra dilakukan, kami ceritakan dulu kronologis yang kami ketahui. Serta obat apa saja yang sudah diberikan oleh dokter. Belum lagi kami selesai bercerita, beliau sudah memberitahukankepada kami, sakit apakah sebenernya yang tengah diderita oleh anak kami Deandra.


Ternyata… Andra menderita radang parah usus dan lambung akibat keracunan kacang.


Kami berdua kaget, bagaimana bias anak kami keracunan kacang..? kami runut kembali kejadian 1 bulan kebelakang.sambil terus bertanya kepada teman dan family yang sering bermain bersama andra. Kapan dan dimana andra makan kacang hingga menimbulkan keracunan.



Akhirnya kami temukan juga jawabannya. Sebulan sebelumnya, andra menginap di rumah bude-nya. Disana dia makan gado-gado. Dan diduga kuat, kacang tanah untuk bumbu gado-gado yang dimakannya, sebagian sudah berjamur. Akibatnya lambung andra keracunan jamur hingga efeknya suhu badan menjadi tinggi. Sampai akhirnya seluruh lambung dan usus menjadi penuh bercak radang tinggal menunggu pecahnya saja.

Dan pemandangan inilah yang dilihat oleh KH.Ir Noegroho pada saat pertama kali mendeteksi penyakit anak kami.


Selanjutnya, selain memberikan terapi pijat pangkal jari, kami juga diwajibkan untuk membuat ramuan dari beberapa bahan yang disebutkan oleh beliau, dan kami harus bias memaksa andra untuk meminum ramuan tersebut bagaimanapun caranya. Semata-mata hanya demi kesembuhan Andra (anak pertama kami yang boleh dikata hampir tidak pernah sakit).


Sakit yang diderita andra sudah sangat gawat,sehingga terapinya diberikan seminggu 2-3 kali, selain itu kami juga wajib membantunya dengan melakukan sholat malam dan sholat tasbih untuk meminta kesembuhan bagi andra. Perlahan namun pasti, rambut andra yang pirang kriwil, rontok semua berganti rambut baru yang hitam pekat, kulitnya mengelupas berganti kulit baru yang sehat, dalam 10 hari andra sudah mulai bisa makan bubur halus, tepat 2 minggu andra sudah bisa makan kebelakang sendiri.. sebulan pengobatan secara intensif. Wajahnya sudah kembali bercahaya. Rambutnya ikal tebal dan hitam, kulitnya sudah bersih dari bercak, bobot tubuhnya terus naik, sampai akhirnya dinyatakan sembuh total.


Syukur Alhamdulilah kami haturkan pada sang khalik tiada hentinya.

Atas kebesaran-Nya pula,anak kami Deandra Novare Prastti, bisa sembuh dan sehat kembali.

Bisa bersekolah kembali setelah 3 bulan terbaring sakit. Andainya andra tidak lekas ditangani oleh pak KH.Ir.Noegroho Moempoeni, MBA. Mungkin kami harus kehilangan andra untuk selamanya.


Terancam Tidak Naik Kelas

Masalah ternyata belum berhenti sampai disini, setelah sembuh dari sakitnya, andra masih harus mengejar ketinggalannya disekolah, dan itu cukup membuat kami stress untuk kedua kalinya. Wali kelasnya sudah meng-ultimatum bahwa dapat dipastikan andra tidak akan naik kelas akibat ketinggalan pelajaran cukup banyak, dan dipastikan tidak akan bisa menjawab soal ujian kenaikan kelas dengan baik.


Kali ini, kami yang berangkat kerumah pribadi Bapak KH.Ir.Noegroho Moempone,MBA dibilangan cirendeu. (Tentunya atas seijin beliau karena kami datang bukan pada hari praktek. Karena secara fisik andra masih belum terlalu bugar untuk naik bepergian sejauh itu menuju bekasi.



Kebetulan juga, secara jarak.. tempat tinggal kami hanya 15km dari rumah beliau. Akhirnya kami kembali membawa andra untuk mengikuti terapi kecerdasan dirumah Bapak KH.Ir.Noegroho Meompoeni,MBA.... untuk mengembalikan daya tangkap dan daya ingat andra, Agar pada saat semua mata pelajaran yang tertinggal diberikan . Andra dapat menyerap dan mengingat semuanya dengan baik. Targetnya hanya satu, yaitu tetap diperbolehkan ikut ujian kenaikan kelas walaupun harus menyusul dan bisa naik kelas tanpa harus mengulang.


Alhamdulilah, kali ini pun Allah masih memberikan hadiahnya bagi kami. Berkat Terapi Kecerdasan yang diberikan oleh beliau, Andra dapat belajar dengan mudah untuk mengejar ketinggalannya, andra tidak mau tinggal kelas. Dan alhamdulillah berikutnya, andra diperbolehkan ikut ujian susulan, sendirian di ruang kepala sekolah.



Dan hasilnya…


Andra, anakku yang hampir dijemput ajal karena keracunan kacang tanah, langsung melesat pada posisi rangking 3 dikelasnya. Mengalahkan teman2nya yang setiap hari masuk sekolah dan menerima bimbingan pelajaran langsung dari wali kelas.


Sekarang andra sudah duduk dikelas 3 smp, sebentar lagi masuk SMU. Tapi kejadian buruk beberapa tahun lalu masih sangat membekas dalam ingatan kami, juga para tetangga kami. Sejak saat itu kami tidak lagi terlalu percaya dengan metode pengobatan medis. Yang untuk menentukan penyakit saja mesti berkali-kali datang dan butuh banyak biaya.


Saat ini, kami lebih suka menggunakan metode pengobatan medis dan non-medis untuk mencari titik temu antara hipotesa medis, juga hipotesa non-medis. Agar kami bisa memilih pengobatan yang aman dan tepat buat kami. Buat kami, pengobatan medis dengan obat-obatan kimiawi tidaklah terlalu menarik lagi. Kami lebih suka menggunakan obat tradisional saja.


Catatan Penting:

Sehat dan Sakit itu adalah cobaan dari Allah, bersyukurlah selalu atas nikmat sehat yang kita miliki. Tabah dan Tawakallah selalu pada saat kita diberi nikmat sakit. Pada saat kita sakit, Sesungguhnya Allah tengah menunjukan pada kita agar lebih menghargai hidup dan usia kita yang pendek ini.


Berlomba-lombalah ber-ibadah dan beramal. Bantulah apa yang dapat anda bantu terhadap sesama, seperti apa yang telah dilakukan oleh Bapak KH.Ir.Noegroho Moempoeni,MBA.. terhadap keluaga kami.


Semoga beliau terus diberikan nikmat sehat dan panjang umur, agar dapat terus menolong sesama umat lewat Terapi Doa-nya. Terutama pada orang-orang yang mengalami masalah seperti kami. Amien

RH.Wibisono P.
Ciledug-Tangerang

Selasa, 11 Agustus 2009

Sejak Kecil Memperlihatkan Kelebihan


Pria yang masih kelihatan energik di usia mendekati kepala enam ini, sejak kecil memang telah memperlihatkan kelebihannya. Saat masih kelas 3 SD, Noegroho sudah khatam al-Qur'an. Di bawah bimbingan langsung langsung KH. As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Noegroho memperdalam ilmu agama. Di usia belia itu, ia sudah terbiasa puasa senin-kamis. Terkadang keinginan untuk puasa begitu kuat, sehingga ia mengaku sering berpuasa selama seminggu berturut-turut. "Saya tidak punya pamrih apapun. Saya hanya mengharap ridha Allah semata," ujarnya

Menyembuhkan Penyakit Syaraf Otak yg Dideritanya Selama 5 Tahun

Sebut saja namanya Abduh -nama samaran. Sejak tahun 2003 ia menderita penyakit syaraf otak, yang diawali oleh penyakit pterigium (pembengkakak mata secara abnormal). Berbagai pengobatan pernah dilakukannya, mulai dari obat-obatan yang dibeli di apotek, hingga pernah dioperasi di rumah sakit ternama sampai dua kali. Namun, penyakit syaraf otak yang dideritanya tak kunjung sembuh.

Pertengahan puasa 2007, ia bertemu dengan Pak Nug di rumah makan Kabayan, Cibubur yang beberapa waktu yang lalu terbakar. Dari situlah ia mengenal terapi pijat pangkal jari. Di tempat itu pula ia mulai diterapi singkat. Setelah itu, keduanya kerapkali betemu dan si Abduh pun diterapinya.
Selama masa pengobatan, Abduh rajin sekali menunaikan ibadah shalat sunnah Tasbih setiap hari. Bahkan, setiap hari ia bisa melakoninya hingga lebih dari sekali. Itu semua dilakukan agar penyakitnya segera sembuh.

Setelah beberapa kali diterapi, tepatnya pertengahan 2008, Abduh pun merasa dirinya lebih baik. Syaraf otaknya sudah tidak separah sebelumnya. Namun, pengobatan tidak berhenti sampai di situ. Abduh pun terus berpikir positif bahwa penyakitnya pasti akan sembuh dan tidak usah memikirkan lagi penyakitnya tersebut.

Dengan dua metode di atas, yakni diawali dengan terapi pijat pangkal jari dan dilengkapi dengan berpikir positif, akhirnya Abduh benar-benar sembuh. Untuk hal ini, ia pun patut berterima kasih kepada Pak Nug, yang tidak saja ahli di bidang terapi tradisional tapi juga seorang konsultan di sebuah perusahaan besar di Jakarta ini.

Kini, Abduh pun meraih masa depannya dengan penuh optimis. Harapannya yang sempat sirna, kini perlahan-lahan mulai tumbuh kembali. Terima kasih ya Allah. Terima Pak Nug. Terima kasih semuanya.

Bagian Apa yg Dipijat dan Pasien Bisa dr Beda Agama


Yang dipijat adalah bagian punggung tangan tepatnya bagian pangkal ruas jari dipijat. Pangkal ruas jari kiri untuk meningkatkan daya ingat. Ruas jari kanan untuk meningkatkan daya tangkap dan antara jari tengah dan telunjuk untuk mengendalikan emosi.


Pasien semua agama diwajibkan melakukan ibadah:

Islam: Shalat sunnah tasbih

Kristen: Doa Syafaat

Katolik: Rosario

Hindu&Budha: Meditasi menggunakan Hio

Shalat Sunnah Tasbih


Salah satu kebiasaan baik yang dianjurkan Pak Nug (KH. Noegroho Moempoeni, MBA) dalam terapinya adalah si pasien diusahakan untuk melaksanakan shalat tasbih setiap hari. Bisa sekali dan banyak lebih baik. Pasalnya, menurut Pak Nug, dengan shalat tasbih yang dilakukan oleh si pasien, itu akan mempercepat prosesi penyembuhan si pasien.


Di bawah ini akan diterangkan tata cara shalat tasbih, seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw., yaitu:


Niat shalat tasbih jika dikerjakan malam hari: Ushalli sunnatat tasbih rak'ataini lillahi ta'ala, Allahu Akbar.


Jika dikerjakan pada siang hari, niatnya adalah Ushallai sunnatat tasbih arba'a rak'atan lillahi ta'ala, Allahu Akbar.


Bacaan Tasbih: Subhanallah walhamdu Lillahi Walaa Ilaaha Illallah Wallahu Akbar. Walaa Haulaa Walaa Quwwata Illaabillahil 'Aliyyil 'Adziim.


Jika dikerjakan pada siang hari, maka shalatnya sebanyak empat rakaat dengan satu salam. Tata caranya:


Raka'at satu:

1. Setelah al-Fatihah dan Surat baca bacaan tasbih 15x

2. Setelah ruku baca bacaan tasbih 10x

3. Setelah I'tidal baca bacaan tasbih 10x

4. Setelah Sujud Pertama baca bacaan tasbih 10x

5.Setelah Duduk Antara Dua Sujud baca bacaan tasbih 10x

6.Setelah sujud kedua baca bacaan tasbih 10x

7.Setelah duduk istirahat (dahulu) baca bacaan tasbih 10x


Raka'at kedua:

1. Setelah al-Fatihah dan Surat baca bacaan tasbih 15x
2. Setelah ruku baca bacaan tasbih 10x
3. Setelah I'tidal baca bacaan tasbih 10x
4. Setelah Sujud Pertama baca bacaan tasbih 10x
5.Setelah Duduk Antara Dua Sujud baca bacaan tasbih 10x
6.Setelah sujud kedua baca bacaan tasbih 10x
7.Setelah tasyahud awwal baca bacaan tasbih 10x


Kamis, 09 April 2009

WATI; AKHIRNYA ANAKKU LAHIR SEMPURNA (Janinnya Sempat Divonis Mati)

Rasa syukur tak pernah berhenti diungkapkan Wati, sejak delapan tahun yang lalu hingga sekarang. Betapa tidak, ia pernah dihadapkan pada satu kejadian tragis yang tidak bisa dilupakannya. Sebuah peristiwa yang nyaris saja membuatnya kehilangan anak untuk kedua kalinya, dalam waktu yang relatif pendek. Jika tidak karena pasrah pada Allah dengan banyak beribadah kepada-Nya, hal itu mungkin tidak akan terjadi.

Delapan tahun bukanlah waktu yang pendek untuk dikenang. Wati, seorang ibu rumah tangga, pernah divonis oleh dokter bahwa janinnya yang berusia tiga bulan harus dikuret karena telah mengalami keguguran. Jika dibiarkan, janin yang telah gugur itu akan membusuk dan bisa membahayakan keselamatannya.

Wati mengelaknya. Ia tidak mau dikuret. “Sebab, saya pernah dikuret. Jadi, tahu betul betapa sakitnya dikuret,” ujarnya beralasan saat itu.

Masih terbayang bagaimana ia dikuret delapan bulan yang lalu dan itu sangat menyesakkan dadanya, hingga ia tidak bisa tidur, selalu frustasi dan nyaris berputus asa dari rahmat Allah. Belum lagi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk kuret?

Wati menyadari janinnya tidak beres ketika sedang buang hajat. Saat itulah ada sesuatu yang berbau busuk keluar dari salah satu organ pentingnya. Benda yang keluar itu seperti sebuah darah atau daging kental yang teriris-iris. Ia pun segera memeriksa kondisinya itu ke klenik terdekat rumahnya di Cipete. Oleh dokter, ia pun langsung divonis bahwa janinnya telah mengalami keguguran dan harus dikuret agar tidak mengalami pembusukan yang lebih akut di dalam. Tetapi, ia menolaknya.

“Saya sendiri heran, kenapa hal ini terjadi lagi untuk kedua kalinya? Padahal, sejak saya pernah dikuret delapan bulan yang lalu dan kemudian diketahui saya hamil lagi, saya selalu menjaga kondisi badan saya. Saya cukup istirahat dan tidak sembarangan makan,” ujar Wati penuh heran.

Tetapi, ternyata kejadian mengerikan datang lagi. Di saat usia kandungannya tiga bulan, ia mengalami keguguran dan itu harus dikuret. Wati tidak percaya akan semua ini. Sebab, selama ini ia merasa selalu menjaga fisiknya dan juga batinnya. Sebagai ibu rumah tangga, ia banyak menghabiskan waktunya di rumah. Begitu juga dengan pola makannya, cukup teratur dan tidak sembarangan. Karena itu, ketika dia dipaksa harus dikuret lagi, ia pun menolaknya. Sebab, ia masih teringat betul bagaimana tidak enaknya dikuret.

Sikap Wati yang demikian itu, yaitu menolak dikuret, sama saja baginya sedang menantang maut. Ia sangat menyadari akan hal itu. Ia sadar betul bahwa bahaya sedang ada di hadapannya. Tetapi, ia tetap tidak menghiraukannya. “Tidak masalah. Saya pasrah saja pada Tuhan. Biarin janin ini keluar sendiri. Yang penting saya tidak mau dikuret,” kenangnya.

Wati pasrah pada takdir Tuhan. Ia membiarkan janinnya yang telah mati di dalam rahimnya untuk tidak dikuret. Ia percaya bahwa takdir kematian itu berada di tangan Tuhan. Jika Tuhan menghendaki janin yang telah gugur itu tidak membahayakan nyawanya, maka itu pasti terjadi. Sebaliknya, jika itu pun benar-benar berbahaya baginya, maka ia hanya bisa pasrah.

Ia sadar bahwa dengan tidak dikuret sama saja ia sedang menggadaikan nyawanya. Tetapi, ia juga sadar bahwa dikuret itu merupakan sesuatu yang tidak mengenakkan. Hari-hari dilaluinya dengan pasrah, hingga ia kemudian bertemu dengan seorang tokoh agama.

Shalat Tasbih Setiap Hari

Ibu Wati, Ny. Mahuyah, yang mengetahui anaknya tidak mau dikuret, akhirnya mendatangi tetangganya, seorang tokoh agama yang banyak dimintai tolong oleh masyarakat. Kepada sang tokoh yang bernama KH. Noegroho Moempoeni, MBA, ini ia pun menceritakan apa yang terjadi pada anaknya. Kiayi itu akhirnya datang menemui Wati. Kepada Wati Pak Kiayi berkata, “Insya Allah, dengan seizin Allah janin ibu bisa hidup kembali.”

Awalnya, Wati tidak begitu saja percaya dengan ucapan Pak Kiayi. Tetapi, setelah diyakinkan Pak Kiayi bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, yang memiliki Kuasa atas segala makhluk-Nya dan Maha Penyembuh. Jika Allah sudah berkehendak bahwa penyakit kita sembuh, meski seakut apapun, maka itu pasti terjadi. Sebaliknya, jika Allah tidak berkehendak penyakit kita sembuh, meski itu ringan sekalipun, maka pasti tidak akan sembuh.

Setelah itu, Pak Kiayi langsung mengobati Wati dengan memijat jari-jari tangannya. “Mula-mula jari-jari saya dipijat. Setelah itu, saya dianjurkan oleh Pak Kiayi untuk shalat tasbih dan dzikir-dzikir lainnya,” ujar Wati, mengingat-ingat bagaimana pertama kali ia berobat kepada Pak Kiayi.

Sembari berobat setiap saat kepada Pak Kiayi, Wati pun tak pernah berhenti untuk melakukan shalat tasbih setiap harinya. Bahkan, sang ibu, bapak dan suami tercintanya turut membantu prosesi penyembuhannya dengan ikut-ikutan rajin shalat tasbih.

“Cepat atau tidaknya penyakit Mbak sembuh, tergantung sejauh mana Mbak beribadah. Semakin rajin Mbak beribadah, maka semakin cepat pula Mbak akan sembuh,” pesan Pak Kiayi pada Wati, pada saat pengobatan yang pertama.

Karena keinginan Wati sangat kuat agar janinnya yang telah gugur itu tidak berbahaya bagi dirinya, ia pun begitu antusias melaksanakan shalat tasbih setiap harinya seperti yang disarankan Pak Kiayi.

Tidak cukup shalat tasbih. Wati pun mempraktekkan amalan-amalan dzikir yang disarankan Pak Kiayi. Meski dalam dadanya timbul rasa optimisme yang tinggi, tapi Wati tidak berharap banyak pada upayanya itu, selain segalanya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. “Saya hanya fokus pada ibadah saja. Saya pasrah pada Allah. Jika Allah berkehendak janin saya hidup, maka pasti akan terjadi,” ujarnya suatu kali.

Hampir dua bulan ia melakukan shalat tasbih dan dzikir-dzikir setiap harinya. Keajaiban Tuhan pun akhirnya datang di usia kandungannya yang ke-5.

“Saat saya sedang menonton televisi di malam hari yakni menjelang tidur, tiba-tiba ada yang bergerak-gerak di perut saya. Awalnya pelan. Makin lama kian kencang dan semakin nyata. Saya pun menjerit, saking girangnya. Ibu, suami dan aya saya pun kaget. Namun, setelah saya jelaskan kalau bayinya bergerak, mereka semua gembira dan bahagia. Saking senangnya, saya kurang tidur nyenyak malam itu karena hingga pagi saya begadang,” ujar Wati.

Penasaran dengan apa yang dirasakannya semalam, pagi-pagi ditemani ayah dan ibu, Wati pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk di-USG. Setelah didiagnosa, ternyata janin Wati hidup kembali.

“Saya sampai tidak percaya mendengarnya, Mas. Saking bahagianya saya dan ibu sampai menangis, sehingga mengundang perhatian dokter dan suster yang memeriksa,” ujar Wati.

Hanya saja, menurut dokter, berat bayi yang ada dalam kandungan Wati kecil, tidak seimbang dengan masa kehamilannya. Detak jantungnya lemah. Sang dokter menyarankan agar Wati memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari, agar memiliki kandungan gizi yang cukup untuk bayi yang dikandungnya.

Wati mendengarkan nasehat dokter. Setelah itu ia dan kedua orang tuanya pulang ke rumah. Ternyata, buah perjuangannya selama ini yang selalu berdoa dan beribadah akhirnya berhasil. Allah menghidupkan kembali janinnya yang pernah divonis gugur oleh dokter.

Waktu terus berjalan, kandungan Wati kian membesar. Tetapi, sejalan itu, Wati merasakan pikirannya mulai tidak beres. “Saya kok, jadi merasa khawatir dengan janin saya,” kenangnya.

Wati mengkhawatirkan, jangan-jangan janin yang dikandungnya itu kelak akan menjadi bayi yang cacat atau tidak normal. “Saya membayangkan, jangan-jangan bayi saya nanti gak ada telinganya, kakinya atau yang lainnya,” ujarnya dihantui rasa was-was.

Menurut prasangka Wati, janinnya pernah mengalami keguguran. Jadi, kalaupun nanti hidup kemungkinan tidak utuh bentuknya. Apakah telinganya, kakinya atau anggota badan lainnya akan hilang? Prasangka-prasangka Wati yang demikian itu, terbawanya hingga ke alam tidur.

“Saya sampai mimpi buruk terus Mas. Saya mimpi tentang sapi yang tidak ada kakinya satu; kadang yang kanan dan kadang pula yang kiri,” ujarnya.

Wati pun menepis kegundahan itu, dengan banyak beribadah kepada Allah. Tetapi, tetap saja rasa was-was itu ada. “Ditemani sang suami saya lalu pergi ke dokter lagi di RSCM untuk mengecek apakah janin saya normal atau tidak,” ujar Wati.

Oleh dokter, janin yang dikandung Wati pun di-USG. Dan hasilnya, janin Wati dalam keadaan normal, tidak ada cacat. “Dokter sampai memperlihatkan gambar USG di layar monitor. Saya sendiri lihat gambarnya, ternyata memang normal,” ujar Wati.

Waktu terus berjalan dan tidak terasa usia kandungan Wati telah memasuki sembilan bulan. Saat-saat yang mendebarkan hati itu pun akhirnya datang juga. Ia berharap-harap cemas. Di satu sisi ia sangat menantikan kelahiran sng jabang bayi. Di sisi lain, ia pun was-was, jangan-jangan anak yang dilahirkannya kelak adalah anak yang cacat –meski pemeriksaan terakhir ke dokter tetap memperlihatkan bahwa kondisi bayinya normal-normal saja.

Ketika hari bersalin itu tiba, Wati lalu dibawa ke RSCM. Ia berjuang antara hidup dan mati melalui detik-detik mendebarkan kelahiran putrinya. Setelah berjam-jam berjuang keras penuh peluh di sekujur tubuhnya, akhirnya tangisan jabang bayi terdengar memecah seisi ruangan.

“Saya senang sekali ketika mendengar tangisan bayi. Tapi, saya juga masih khawatir,” ujar Wati.

Wati masih merasa khawatir kalau-kalau anak yang dilahirkannya akan cacat. “Terus terang, untuk melihatnya pertama kali hati saya berdegup kencang, takut kalau-kalau ia tidak sempurna. Saya buka mata pelan-pelan sambil mempersiapkan mental akan kenyataan terburuk yang mungkin menimpa anak saya. Saya amati bayi saya dari ujung kaki hingga ke ujung rambut, ternyata semuanya sempurna. Saya pun menangis haru. Alhamdulillah…Terima kasih Tuhan,” ucap Wati dalam hati.

Wati lalu menciumi pipi bayinya dengan kecupan tersayang. Ia tak henti-henti meneteskan air mata, tanda bahagia yang tidak terperihkan. Semua yang hadir turut merasakan kebahagiaan. Wati, mulai dari sang suami, ibu dan ayahnya. Betapa tidak, usaha dan doa mereka selama ini akhirnya berbuah manis. Bayi yang dikhawatirkan akan lahir cacat itu, ternyata tumbuh sehat dan normal.

Bayi Wati lahir dengan bobot 3,9 kg dan panjang 50 cm. Bobotnya dikategorikan cukup berat. Padahal, menurut Wati, saat usia janinnya masih lima bulan, yaitu saat pertama kali janinnya divonis hidup kembali oleh dokter, ukurannya kecil sekali.

Anak yg Cerdas

Delapan tahun telah berlalu. Kini, Zahirah Salsabilah, bayi mungil itu sudah besar. Ia sudah duduk di bangku kelas 2 SD Negeri 1 Cipete Utara 01 Pagi. Jika melihat anak perempuannya itu, Wati kerapkali terkenang dengan masa lalunya. Seandainya janin itu jadi dikuret, mungkin saja ia tidak akan pernah melihat buah hatinya itu.

Kebahagiaan Wati bertambah lengkap menyadari gadis cilik itu terbilang cukup cerdas. Di kelasnya, ia kerapkali masuk tiga besar. Saat kelas satu semester satu, ia juara kedua. Di semester keduanya, ia juara satu. Tetapi, di kelas dua semester pertama, ia juara tiga.

Dari pengalaman Wati itu kita bisa mengambil hikmah bahwa kekuatan doa dan ibadah itu sangat besar sekali bagi hidup kita. Kita sukses dalam hidup ini salah satunya karena doa. Karena itu, perbanyaklah kita mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba-Nya yang beriman. Amien!

Eep Khunaefi

AKHIRNYA ANAKKU LAHIR SEMPURNA (Janinnya Sempat Divonis Mati)

Rasa syukur tak pernah berhenti diungkapkan Wati, sejak delapan tahun yang lalu hingga sekarang. Betapa tidak, ia pernah dihadapkan pada satu kejadian tragis yang tidak bisa dilupakannya. Sebuah peristiwa yang nyaris saja membuatnya kehilangan anak untuk kedua kalinya, dalam waktu yang relatif pendek. Jika tidak karena pasrah pada Allah dengan banyak beribadah kepada-Nya, hal itu mungkin tidak akan terjadi.

Delapan tahun bukanlah waktu yang pendek untuk dikenang. Wati, seorang ibu rumah tangga, pernah divonis oleh dokter bahwa janinnya yang berusia tiga bulan harus dikuret karena telah mengalami keguguran. Jika dibiarkan, janin yang telah gugur itu akan membusuk dan bisa membahayakan keselamatannya.

Wati mengelaknya. Ia tidak mau dikuret. “Sebab, saya pernah dikuret. Jadi, tahu betul betapa sakitnya dikuret,” ujarnya beralasan saat itu.

Masih terbayang bagaimana ia dikuret delapan bulan yang lalu dan itu sangat menyesakkan dadanya, hingga ia tidak bisa tidur, selalu frustasi dan nyaris berputus asa dari rahmat Allah. Belum lagi, berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk kuret?

Wati menyadari janinnya tidak beres ketika sedang buang hajat. Saat itulah ada sesuatu yang berbau busuk keluar dari salah satu organ pentingnya. Benda yang keluar itu seperti sebuah darah atau daging kental yang teriris-iris. Ia pun segera memeriksa kondisinya itu ke klenik terdekat rumahnya di Cipete. Oleh dokter, ia pun langsung divonis bahwa janinnya telah mengalami keguguran dan harus dikuret agar tidak mengalami pembusukan yang lebih akut di dalam. Tetapi, ia menolaknya.

“Saya sendiri heran, kenapa hal ini terjadi lagi untuk kedua kalinya? Padahal, sejak saya pernah dikuret delapan bulan yang lalu dan kemudian diketahui saya hamil lagi, saya selalu menjaga kondisi badan saya. Saya cukup istirahat dan tidak sembarangan makan,” ujar Wati penuh heran.

Tetapi, ternyata kejadian mengerikan datang lagi. Di saat usia kandungannya tiga bulan, ia mengalami keguguran dan itu harus dikuret. Wati tidak percaya akan semua ini. Sebab, selama ini ia merasa selalu menjaga fisiknya dan juga batinnya. Sebagai ibu rumah tangga, ia banyak menghabiskan waktunya di rumah. Begitu juga dengan pola makannya, cukup teratur dan tidak sembarangan. Karena itu, ketika dia dipaksa harus dikuret lagi, ia pun menolaknya. Sebab, ia masih teringat betul bagaimana tidak enaknya dikuret.

Sikap Wati yang demikian itu, yaitu menolak dikuret, sama saja baginya sedang menantang maut. Ia sangat menyadari akan hal itu. Ia sadar betul bahwa bahaya sedang ada di hadapannya. Tetapi, ia tetap tidak menghiraukannya. “Tidak masalah. Saya pasrah saja pada Tuhan. Biarin janin ini keluar sendiri. Yang penting saya tidak mau dikuret,” kenangnya.

Wati pasrah pada takdir Tuhan. Ia membiarkan janinnya yang telah mati di dalam rahimnya untuk tidak dikuret. Ia percaya bahwa takdir kematian itu berada di tangan Tuhan. Jika Tuhan menghendaki janin yang telah gugur itu tidak membahayakan nyawanya, maka itu pasti terjadi. Sebaliknya, jika itu pun benar-benar berbahaya baginya, maka ia hanya bisa pasrah.

Ia sadar bahwa dengan tidak dikuret sama saja ia sedang menggadaikan nyawanya. Tetapi, ia juga sadar bahwa dikuret itu merupakan sesuatu yang tidak mengenakkan. Hari-hari dilaluinya dengan pasrah, hingga ia kemudian bertemu dengan seorang tokoh agama.

Shalat Tasbih Setiap Hari

Ibu Wati, Ny. Mahuyah, yang mengetahui anaknya tidak mau dikuret, akhirnya mendatangi tetangganya, seorang tokoh agama yang banyak dimintai tolong oleh masyarakat. Kepada sang tokoh yang bernama KH. Noegroho Moempoeni, MBA, ini ia pun menceritakan apa yang terjadi pada anaknya. Kiayi itu akhirnya datang menemui Wati. Kepada Wati Pak Kiayi berkata, “Insya Allah, dengan seizin Allah janin ibu bisa hidup kembali.”

Awalnya, Wati tidak begitu saja percaya dengan ucapan Pak Kiayi. Tetapi, setelah diyakinkan Pak Kiayi bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, yang memiliki Kuasa atas segala makhluk-Nya dan Maha Penyembuh. Jika Allah sudah berkehendak bahwa penyakit kita sembuh, meski seakut apapun, maka itu pasti terjadi. Sebaliknya, jika Allah tidak berkehendak penyakit kita sembuh, meski itu ringan sekalipun, maka pasti tidak akan sembuh.

Setelah itu, Pak Kiayi langsung mengobati Wati dengan memijat jari-jari tangannya. “Mula-mula jari-jari saya dipijat. Setelah itu, saya dianjurkan oleh Pak Kiayi untuk shalat tasbih dan dzikir-dzikir lainnya,” ujar Wati, mengingat-ingat bagaimana pertama kali ia berobat kepada Pak Kiayi.

Sembari berobat setiap saat kepada Pak Kiayi, Wati pun tak pernah berhenti untuk melakukan shalat tasbih setiap harinya. Bahkan, sang ibu, bapak dan suami tercintanya turut membantu prosesi penyembuhannya dengan ikut-ikutan rajin shalat tasbih.

“Cepat atau tidaknya penyakit Mbak sembuh, tergantung sejauh mana Mbak beribadah. Semakin rajin Mbak beribadah, maka semakin cepat pula Mbak akan sembuh,” pesan Pak Kiayi pada Wati, pada saat pengobatan yang pertama.

Karena keinginan Wati sangat kuat agar janinnya yang telah gugur itu tidak berbahaya bagi dirinya, ia pun begitu antusias melaksanakan shalat tasbih setiap harinya seperti yang disarankan Pak Kiayi.

Tidak cukup shalat tasbih. Wati pun mempraktekkan amalan-amalan dzikir yang disarankan Pak Kiayi. Meski dalam dadanya timbul rasa optimisme yang tinggi, tapi Wati tidak berharap banyak pada upayanya itu, selain segalanya diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. “Saya hanya fokus pada ibadah saja. Saya pasrah pada Allah. Jika Allah berkehendak janin saya hidup, maka pasti akan terjadi,” ujarnya suatu kali.

Hampir dua bulan ia melakukan shalat tasbih dan dzikir-dzikir setiap harinya. Keajaiban Tuhan pun akhirnya datang di usia kandungannya yang ke-5.

“Saat saya sedang menonton televisi di malam hari yakni menjelang tidur, tiba-tiba ada yang bergerak-gerak di perut saya. Awalnya pelan. Makin lama kian kencang dan semakin nyata. Saya pun menjerit, saking girangnya. Ibu, suami dan aya saya pun kaget. Namun, setelah saya jelaskan kalau bayinya bergerak, mereka semua gembira dan bahagia. Saking senangnya, saya kurang tidur nyenyak malam itu karena hingga pagi saya begadang,” ujar Wati.

Penasaran dengan apa yang dirasakannya semalam, pagi-pagi ditemani ayah dan ibu, Wati pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk di-USG. Setelah didiagnosa, ternyata janin Wati hidup kembali.

“Saya sampai tidak percaya mendengarnya, Mas. Saking bahagianya saya dan ibu sampai menangis, sehingga mengundang perhatian dokter dan suster yang memeriksa,” ujar Wati.

Hanya saja, menurut dokter, berat bayi yang ada dalam kandungan Wati kecil, tidak seimbang dengan masa kehamilannya. Detak jantungnya lemah. Sang dokter menyarankan agar Wati memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari, agar memiliki kandungan gizi yang cukup untuk bayi yang dikandungnya.

Wati mendengarkan nasehat dokter. Setelah itu ia dan kedua orang tuanya pulang ke rumah. Ternyata, buah perjuangannya selama ini yang selalu berdoa dan beribadah akhirnya berhasil. Allah menghidupkan kembali janinnya yang pernah divonis gugur oleh dokter.

Waktu terus berjalan, kandungan Wati kian membesar. Tetapi, sejalan itu, Wati merasakan pikirannya mulai tidak beres. “Saya kok, jadi merasa khawatir dengan janin saya,” kenangnya.

Wati mengkhawatirkan, jangan-jangan janin yang dikandungnya itu kelak akan menjadi bayi yang cacat atau tidak normal. “Saya membayangkan, jangan-jangan bayi saya nanti gak ada telinganya, kakinya atau yang lainnya,” ujarnya dihantui rasa was-was.

Menurut prasangka Wati, janinnya pernah mengalami keguguran. Jadi, kalaupun nanti hidup kemungkinan tidak utuh bentuknya. Apakah telinganya, kakinya atau anggota badan lainnya akan hilang? Prasangka-prasangka Wati yang demikian itu, terbawanya hingga ke alam tidur.

“Saya sampai mimpi buruk terus Mas. Saya mimpi tentang sapi yang tidak ada kakinya satu; kadang yang kanan dan kadang pula yang kiri,” ujarnya.

Wati pun menepis kegundahan itu, dengan banyak beribadah kepada Allah. Tetapi, tetap saja rasa was-was itu ada. “Ditemani sang suami saya lalu pergi ke dokter lagi di RSCM untuk mengecek apakah janin saya normal atau tidak,” ujar Wati.

Oleh dokter, janin yang dikandung Wati pun di-USG. Dan hasilnya, janin Wati dalam keadaan normal, tidak ada cacat. “Dokter sampai memperlihatkan gambar USG di layar monitor. Saya sendiri lihat gambarnya, ternyata memang normal,” ujar Wati.

Waktu terus berjalan dan tidak terasa usia kandungan Wati telah memasuki sembilan bulan. Saat-saat yang mendebarkan hati itu pun akhirnya datang juga. Ia berharap-harap cemas. Di satu sisi ia sangat menantikan kelahiran sng jabang bayi. Di sisi lain, ia pun was-was, jangan-jangan anak yang dilahirkannya kelak adalah anak yang cacat –meski pemeriksaan terakhir ke dokter tetap memperlihatkan bahwa kondisi bayinya normal-normal saja.

Ketika hari bersalin itu tiba, Wati lalu dibawa ke RSCM. Ia berjuang antara hidup dan mati melalui detik-detik mendebarkan kelahiran putrinya. Setelah berjam-jam berjuang keras penuh peluh di sekujur tubuhnya, akhirnya tangisan jabang bayi terdengar memecah seisi ruangan.

“Saya senang sekali ketika mendengar tangisan bayi. Tapi, saya juga masih khawatir,” ujar Wati.

Wati masih merasa khawatir kalau-kalau anak yang dilahirkannya akan cacat. “Terus terang, untuk melihatnya pertama kali hati saya berdegup kencang, takut kalau-kalau ia tidak sempurna. Saya buka mata pelan-pelan sambil mempersiapkan mental akan kenyataan terburuk yang mungkin menimpa anak saya. Saya amati bayi saya dari ujung kaki hingga ke ujung rambut, ternyata semuanya sempurna. Saya pun menangis haru. Alhamdulillah…Terima kasih Tuhan,” ucap Wati dalam hati.

Wati lalu menciumi pipi bayinya dengan kecupan tersayang. Ia tak henti-henti meneteskan air mata, tanda bahagia yang tidak terperihkan. Semua yang hadir turut merasakan kebahagiaan. Wati, mulai dari sang suami, ibu dan ayahnya. Betapa tidak, usaha dan doa mereka selama ini akhirnya berbuah manis. Bayi yang dikhawatirkan akan lahir cacat itu, ternyata tumbuh sehat dan normal.

Bayi Wati lahir dengan bobot 3,9 kg dan panjang 50 cm. Bobotnya dikategorikan cukup berat. Padahal, menurut Wati, saat usia janinnya masih lima bulan, yaitu saat pertama kali janinnya divonis hidup kembali oleh dokter, ukurannya kecil sekali.

Anak yg Cerdas

Delapan tahun telah berlalu. Kini, Zahirah Salsabilah, bayi mungil itu sudah besar. Ia sudah duduk di bangku kelas 2 SD Negeri 1 Cipete Utara 01 Pagi. Jika melihat anak perempuannya itu, Wati kerapkali terkenang dengan masa lalunya. Seandainya janin itu jadi dikuret, mungkin saja ia tidak akan pernah melihat buah hatinya itu.

Kebahagiaan Wati bertambah lengkap menyadari gadis cilik itu terbilang cukup cerdas. Di kelasnya, ia kerapkali masuk tiga besar. Saat kelas satu semester satu, ia juara kedua. Di semester keduanya, ia juara satu. Tetapi, di kelas dua semester pertama, ia juara tiga.

Dari pengalaman Wati itu kita bisa mengambil hikmah bahwa kekuatan doa dan ibadah itu sangat besar sekali bagi hidup kita. Kita sukses dalam hidup ini salah satunya karena doa. Karena itu, perbanyaklah kita mendekatkan diri kepada Allah. Semoga kita bisa menjadi hamba-hamba-Nya yang beriman. Amien!

Eep Khunaefi